Peluang usaha bisa dari mana aja datangnya, termasuk dari jalan raya. Seperti Steven Lam Hoi-yuen, pemuda asal Hong Kong, yang sukses bikin usaha yang bergerak di layanan transportasi yang bernama GoGoVan.
Asal tahu aja nih, GoGoVan menjadi startup unicorn pertama di Hong Kong. Itu berarti peluang usaha ini nilainya lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Kalau di Indonesia, kita kenalnya Go-Jek sebagai startup unicorn. Nah, kalau di Hong Kong, GoGoVan inilah unicorn-nya.
Gimana kisahnya, Steven Lam yang kabarnya pernah putus SMA bisa ciptakan peluang usaha dengan nilai yang fantastis ini? Simak yuk ulasannya berikut ini.
Baca juga: Cegah Kesulitan Finansial Saat Menyambut Kelahiran Bayi, Orang Tua Wajib Baca Ini
Saking susahnya hidup yang dijalaninya tersebut, Steven harus merasakan yang namanya putus sekolah tahun 2005. Saat itu ia duduk di bangku SMA.
Untungnya, salah satu kerabatnya di Amerika Serikat membantunya dan ia pun bisa meneruskan pendidikannya hingga bisa kuliah di University of California dengan mengambil jurusan bisnis.
Sepertinya Steven menyadari kalau kerabatnya udah banyak membantu. Ia pun akhirnya memutuskan kerja apa aja asalkan hasilnya bisa membiayai kuliahnya.
Dengan pengalaman seadanya, Steven menawarkan jasa perbaikan iPhone, sepeda, hingga menjual barang-barang elektronik di eBay. Pengalamannya menjadi pengusaha kecil-kecilan ini yang kemudian bikin dirinya jeli melihat peluang usaha.
Setiap harinya Steven selalu menghubungi call center agar bisa mendapat van buat mengantar kotak nasi. Tentu aja cara ini bikin waktunya tersita dan cukup banyak habiskan ongkos.
Padahal, ia sendiri melihat langsung di jalan-jalan, beberapa van terparkir menunggu datangnya order. Melihat itu, ia pun memikirkan gimana caranya ciptakan peluang usaha dari penyewaan van.
Apalagi berkat adanya smartphone, banyak urusan menjadi mudah dilakukan. Inilah yang kemudian mendorong lahirnya GoGoVan sebagai aplikasi yang menyediakan layanan pemesanan van.
Steven Lam Hoi-yuen lahir di Hong Kong (South China Morning Post).
Sebelum bisa pesan melalui aplikasi, pemesanan van awalnya dimulai dari grup-grup WhatsApp. Waktu itu Steven dan temannya berpikir bakal lebih efektif kalau memanfaatkan platform yang ada buat menjalankan GoGoVan.
Lagi pula mereka juga gak mau ganggu usaha penyediaan layanan transportasi lainnya seperti Uber. Inilah kenapa mereka bikin grup WhatsApp di dalam adanya pengemudi van. Dengan begitu, mereka bisa langsung tahu begitu ada pemesanan van.
Karena terbatas, jumlah peserta di dalam grup mau gak mau dibatasi menjadi 10 peserta. Usaha yang pada akhirnya berkembang ini akhirnya mengharuskan Steven dan kawannya bikin grup yang lebih besar lagi dalam wujud aplikasi yang bisa dipasang di smartphone.
Dilirik banyak investor dan diberi suntikan dana hingga akhirnya bernilai triliunan
Dilirik banyak investor dan diberi suntikan dana hingga akhirnya bernilai triliunan (South China Morning Post).
Agar GoGoVan tetap berjalan terus, Steven berusaha mencari investor agar mau menyuntikkan dananya. Di luar dugaan ternyata banyak investor yang mau berinvestasi, mulai dari New Horizon Capital, Singapore Press Holdings, hingga Alibaba Hong Kong Entrepreneurs Fund.
Suntikan dana dari investor rupanya memberi pengaruh besar terhadap usaha penyewaan van GoGoVan. Tercatat usaha ini punya nilai lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun setelah merger dengan 58 Suyun.
Boleh dibilang nilai atau valuasi GoGoVan ini menyamai unicorn Indonesia Bukalapak. Steven pun gak nyangka kalau GoGoVan yang bermodal 20 ribu dolar hongkong atau Rp 37 juta bisa menjadi peluang usaha bernilai triliunan rupiah.
Ke depan Steven berencana mengembangkan usahanya ke Cina dan Asia Tenggara. Ia berkeinginan bikin GoGoVan sebagai platform logistik terbesar di dunia.
Walaupun udah menjadi orang sukses dan kaya raya, Steven tetap bersikap sederhana. Ia belum berniat beli rumah mewah dan masih tinggal di perumahan rakyat yang ditinggalinya waktu kecil dulu.
Buat Steven, fokus terhadap perkembangan usaha lebih penting daripada membeli rumah. Membeli rumah itu emang perlu, tapi Steven membicarakan GoGoVan lebih penting. Mantap deh Steven. Semoga rencananya sukses ya!
Asal tahu aja nih, GoGoVan menjadi startup unicorn pertama di Hong Kong. Itu berarti peluang usaha ini nilainya lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Kalau di Indonesia, kita kenalnya Go-Jek sebagai startup unicorn. Nah, kalau di Hong Kong, GoGoVan inilah unicorn-nya.
Gimana kisahnya, Steven Lam yang kabarnya pernah putus SMA bisa ciptakan peluang usaha dengan nilai yang fantastis ini? Simak yuk ulasannya berikut ini.
Baca juga: Cegah Kesulitan Finansial Saat Menyambut Kelahiran Bayi, Orang Tua Wajib Baca Ini
Terlahir di keluarga miskin dengan jiwa pengusaha
Steven Lam bisa hidup enak seperti sekarang bukan karena dari dulunya udah hidup enak. Asal tahu aja nih, Steven ini terlahir di keluarga miskin. Ia tinggal bersama keluarganya di perumahan rakyat di Kowloon.Saking susahnya hidup yang dijalaninya tersebut, Steven harus merasakan yang namanya putus sekolah tahun 2005. Saat itu ia duduk di bangku SMA.
Untungnya, salah satu kerabatnya di Amerika Serikat membantunya dan ia pun bisa meneruskan pendidikannya hingga bisa kuliah di University of California dengan mengambil jurusan bisnis.
Sepertinya Steven menyadari kalau kerabatnya udah banyak membantu. Ia pun akhirnya memutuskan kerja apa aja asalkan hasilnya bisa membiayai kuliahnya.
Dengan pengalaman seadanya, Steven menawarkan jasa perbaikan iPhone, sepeda, hingga menjual barang-barang elektronik di eBay. Pengalamannya menjadi pengusaha kecil-kecilan ini yang kemudian bikin dirinya jeli melihat peluang usaha.
Gara-gara antar 100 ribu kotak makanan, GoGoVan tercipta
Ide menciptakan GoGoVan muncul saat Steven bersama temannya menjalani pekerjaan mengantar 100 ribu kotak makanan. Saat itu ia merasakan sendiri gimana susahnya mendapat mobil van buat disewa.Setiap harinya Steven selalu menghubungi call center agar bisa mendapat van buat mengantar kotak nasi. Tentu aja cara ini bikin waktunya tersita dan cukup banyak habiskan ongkos.
Padahal, ia sendiri melihat langsung di jalan-jalan, beberapa van terparkir menunggu datangnya order. Melihat itu, ia pun memikirkan gimana caranya ciptakan peluang usaha dari penyewaan van.
Apalagi berkat adanya smartphone, banyak urusan menjadi mudah dilakukan. Inilah yang kemudian mendorong lahirnya GoGoVan sebagai aplikasi yang menyediakan layanan pemesanan van.
Awalnya dimulai dari grup WhatsApp
Steven Lam Hoi-yuen lahir di Hong Kong (South China Morning Post).
Sebelum bisa pesan melalui aplikasi, pemesanan van awalnya dimulai dari grup-grup WhatsApp. Waktu itu Steven dan temannya berpikir bakal lebih efektif kalau memanfaatkan platform yang ada buat menjalankan GoGoVan.
Lagi pula mereka juga gak mau ganggu usaha penyediaan layanan transportasi lainnya seperti Uber. Inilah kenapa mereka bikin grup WhatsApp di dalam adanya pengemudi van. Dengan begitu, mereka bisa langsung tahu begitu ada pemesanan van.
Karena terbatas, jumlah peserta di dalam grup mau gak mau dibatasi menjadi 10 peserta. Usaha yang pada akhirnya berkembang ini akhirnya mengharuskan Steven dan kawannya bikin grup yang lebih besar lagi dalam wujud aplikasi yang bisa dipasang di smartphone.
Dilirik banyak investor dan diberi suntikan dana hingga akhirnya bernilai triliunan
Dilirik banyak investor dan diberi suntikan dana hingga akhirnya bernilai triliunan (South China Morning Post).
Agar GoGoVan tetap berjalan terus, Steven berusaha mencari investor agar mau menyuntikkan dananya. Di luar dugaan ternyata banyak investor yang mau berinvestasi, mulai dari New Horizon Capital, Singapore Press Holdings, hingga Alibaba Hong Kong Entrepreneurs Fund.
Suntikan dana dari investor rupanya memberi pengaruh besar terhadap usaha penyewaan van GoGoVan. Tercatat usaha ini punya nilai lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun setelah merger dengan 58 Suyun.
Boleh dibilang nilai atau valuasi GoGoVan ini menyamai unicorn Indonesia Bukalapak. Steven pun gak nyangka kalau GoGoVan yang bermodal 20 ribu dolar hongkong atau Rp 37 juta bisa menjadi peluang usaha bernilai triliunan rupiah.
Ke depan Steven berencana mengembangkan usahanya ke Cina dan Asia Tenggara. Ia berkeinginan bikin GoGoVan sebagai platform logistik terbesar di dunia.
Walaupun udah menjadi orang sukses dan kaya raya, Steven tetap bersikap sederhana. Ia belum berniat beli rumah mewah dan masih tinggal di perumahan rakyat yang ditinggalinya waktu kecil dulu.
Buat Steven, fokus terhadap perkembangan usaha lebih penting daripada membeli rumah. Membeli rumah itu emang perlu, tapi Steven membicarakan GoGoVan lebih penting. Mantap deh Steven. Semoga rencananya sukses ya!
Post A Comment:
0 comments: