Pada suatu akhir pekan, saya ajak putri saya main di wahana trampoline di sebuah mall di Depok. Lalu ada kejadian menarik yang bikin saya belajar dari putri berumur 4 tahun ini.
Di wahana itu ada bagian yang terdiri dari banyak kotak area trampolin dan ada kolam besar yang berisi banyak kubus-kubus karetnya. Entah kenapa setelah lama sekali main loncat-loncatan di area trampoline, ia mulai inisiatif memindahkan kubus-kubus karet dari tempatnya ke area trampoline. Dia menyusun kubus satu persatu supaya bisa memenuhi satu area trampoline.
Yang menarik, saat-saat awal hanya dia sendirian aja yang mondar-mandir mengangkat kubus dari kolam kubus ke area trampolinenya. Tapi ketika sudah mulai cukup banyak kubus diletakkan hingga memenuhi setengah area trampolinenya, mulai ada beberapa anak yang tertarik ikutan bantu.
Dan kejadian itu terus berlangsung hingga satu kotak area bermain trampolinenya dipenuhi kubus. Terhitung sekitar 5 anak kecil lainnya yang ikutan bantu menyusun kubus. Setelah selesai, mereka kegirangan dan berloncatan ke atas jajaran rapih kubus-kubus mereka.
Di situ saya tersadar, di hidup kita juga banyak sekali inisiatif-inisiatif yang memang dimulai dalam kesendirian. Diabaikan, dipertanyakan, bahkan tidak jarang sampai dicibir. Tapi ketika sudah mulai berbentuk, banyak orang dengan senang hati melihat, ikutan membantu, dan bergabung hingga kita tak lagi sendirian.
Sehingga wajar kalau misalnya kita ingin mulai satu inisiatif kebaikan, bikin gerakan sosial, hingga bikin startup yang bawa impact dan berharap bisa jadi perusahaan besar nantinya, bersiaplah dengan kesendirian di awal perjalanan.
Justru itulah gerbang ujian pertama seorang inisiator, apakah ia mampu taklukkan dirinya untuk berhenti melangkah dalam situasi terasing dan penuh tanda tanya itu.
Saya bersyukur putri saya berani inisiatif dan cuek hiraukan kesendirian serta pandangan heran anak-anak lain saat langkah-langkah awal. Mudah-mudahan ayahnya dan semua teman-teman di sini juga diberikan Allah keberanian dan kekuatan menginisiasi karya kebaikan, tak peduli sekecil apa langkah pertama, tak masalah setertinggal apa kita memulai.
PS: Di akhir cerita, setelah selesai, mereka inisiatif kembalikan kembali semua kubus ke tempatnya.
Tulisan ini telah dipublikasikan di akun Instagram pribadi Andreas Senjaya dan diterbitkan ulang di Digination.id atas persetujuan yang bersangkutan.
Di wahana itu ada bagian yang terdiri dari banyak kotak area trampolin dan ada kolam besar yang berisi banyak kubus-kubus karetnya. Entah kenapa setelah lama sekali main loncat-loncatan di area trampoline, ia mulai inisiatif memindahkan kubus-kubus karet dari tempatnya ke area trampoline. Dia menyusun kubus satu persatu supaya bisa memenuhi satu area trampoline.
Yang menarik, saat-saat awal hanya dia sendirian aja yang mondar-mandir mengangkat kubus dari kolam kubus ke area trampolinenya. Tapi ketika sudah mulai cukup banyak kubus diletakkan hingga memenuhi setengah area trampolinenya, mulai ada beberapa anak yang tertarik ikutan bantu.
Dan kejadian itu terus berlangsung hingga satu kotak area bermain trampolinenya dipenuhi kubus. Terhitung sekitar 5 anak kecil lainnya yang ikutan bantu menyusun kubus. Setelah selesai, mereka kegirangan dan berloncatan ke atas jajaran rapih kubus-kubus mereka.
Di situ saya tersadar, di hidup kita juga banyak sekali inisiatif-inisiatif yang memang dimulai dalam kesendirian. Diabaikan, dipertanyakan, bahkan tidak jarang sampai dicibir. Tapi ketika sudah mulai berbentuk, banyak orang dengan senang hati melihat, ikutan membantu, dan bergabung hingga kita tak lagi sendirian.
Sehingga wajar kalau misalnya kita ingin mulai satu inisiatif kebaikan, bikin gerakan sosial, hingga bikin startup yang bawa impact dan berharap bisa jadi perusahaan besar nantinya, bersiaplah dengan kesendirian di awal perjalanan.
Justru itulah gerbang ujian pertama seorang inisiator, apakah ia mampu taklukkan dirinya untuk berhenti melangkah dalam situasi terasing dan penuh tanda tanya itu.
Saya bersyukur putri saya berani inisiatif dan cuek hiraukan kesendirian serta pandangan heran anak-anak lain saat langkah-langkah awal. Mudah-mudahan ayahnya dan semua teman-teman di sini juga diberikan Allah keberanian dan kekuatan menginisiasi karya kebaikan, tak peduli sekecil apa langkah pertama, tak masalah setertinggal apa kita memulai.
PS: Di akhir cerita, setelah selesai, mereka inisiatif kembalikan kembali semua kubus ke tempatnya.
Tulisan ini telah dipublikasikan di akun Instagram pribadi Andreas Senjaya dan diterbitkan ulang di Digination.id atas persetujuan yang bersangkutan.
Post A Comment:
0 comments: