Perkembangan industri e-commerce di Indonesia yang bergerak sangat cepat memberikan sinyal positif terhadap pasar modal di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (IDX: KIOS) pada pertemuan dengan media pada Rabu (25/10).
KIOS sebagai startup dan pemain industri e-commerce pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia mengaku mendapatkan dampak sebagai pionir startup yang menjadi perusahaan publik. Pada Kamis (19/10), KIOS ditutup di harga Rp3.310, meningkat pesat dari penutupan pada hari pertama perdagangan (5/10) yang ada di angka Rp 450.
“Pertumbuhan tersebut sangat mengejutkan, begitu juga bagi kami di Kioson. Namun, yang perlu digarisbawahi, gairah investor retail terhadap KIOS ini merupakan sinyal positif bahwa IPO dapat menjadi pilihan pendanaan yang baik bagi startup di Indonesia. Kami juga melihat hal ini sebagai bentuk kepercayaan publik atas potensi pasar dan strategi yang dibawa oleh Kioson,” ujar Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk, Jasin Halim.
Jasin menambahkan dengan menjadi perusahaan terbuka, berbagai informasi mengenai Kioson kini dapat dengan mudah diakses dan dimonitor oleh publik. Hal ini memang menjadi bagian dari strategi perusahaan agar bisa berkembang dan mendapatkan valuasi yang riil. Artinya, nilai perusahaan kami benar-benar dibentuk oleh minat pasar.
Perkembangan startup di Asia Tenggara saat ini semakin pesat. Dalam Indonesia Venture Capital Outlook 2017, angka investasi terhadap perusahaan rintisan di Asia Tenggara meningkat 23 kali lipat pada 2016 dibandingkan 2012, atau hanya dalam empat tahun.
Meskipun Singapura masih menguasai 41 persen total nilai investasi terhadap perusahaan rintisan di regional ini, namun negara lain mulai mengejar dan Indonesia memimpin dengan porsi 19 persen. Hal ini sedikit banyak merefleksikan pandangan investor yang percaya terhadap perusahaan rintisan yang memiliki strategi bisnis berkelanjutan.
Selain itu, laporan yang sama juga menyebutkan bahwa dua industri startup utama yang paling banyak diminati di Indonesia adalah transportasi dan e-commerce. Sebagai perusahaan pionir e-commerce yang fokus di Online to Offline (O2), Kioson memiliki keunikan strategi.
“Kami akan terus konsisten menjadi penjembatan antara underserved market dengan layanan digital. Saat ini, kami melihat bahwa pangsa pasar yang besar justru ada di sana dan sangat jarang pemain yang memberikan layanan yang baik kepada masyarakat di kota-kota lapis kedua. Strategi bisnis inilah yang kami yakini akan mampu mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan dalam jangka panjang,” jelas Jasin.
KIOS sebagai startup dan pemain industri e-commerce pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia mengaku mendapatkan dampak sebagai pionir startup yang menjadi perusahaan publik. Pada Kamis (19/10), KIOS ditutup di harga Rp3.310, meningkat pesat dari penutupan pada hari pertama perdagangan (5/10) yang ada di angka Rp 450.
“Pertumbuhan tersebut sangat mengejutkan, begitu juga bagi kami di Kioson. Namun, yang perlu digarisbawahi, gairah investor retail terhadap KIOS ini merupakan sinyal positif bahwa IPO dapat menjadi pilihan pendanaan yang baik bagi startup di Indonesia. Kami juga melihat hal ini sebagai bentuk kepercayaan publik atas potensi pasar dan strategi yang dibawa oleh Kioson,” ujar Direktur Utama PT Kioson Komersial Indonesia Tbk, Jasin Halim.
Jasin menambahkan dengan menjadi perusahaan terbuka, berbagai informasi mengenai Kioson kini dapat dengan mudah diakses dan dimonitor oleh publik. Hal ini memang menjadi bagian dari strategi perusahaan agar bisa berkembang dan mendapatkan valuasi yang riil. Artinya, nilai perusahaan kami benar-benar dibentuk oleh minat pasar.
Perkembangan startup di Asia Tenggara saat ini semakin pesat. Dalam Indonesia Venture Capital Outlook 2017, angka investasi terhadap perusahaan rintisan di Asia Tenggara meningkat 23 kali lipat pada 2016 dibandingkan 2012, atau hanya dalam empat tahun.
Meskipun Singapura masih menguasai 41 persen total nilai investasi terhadap perusahaan rintisan di regional ini, namun negara lain mulai mengejar dan Indonesia memimpin dengan porsi 19 persen. Hal ini sedikit banyak merefleksikan pandangan investor yang percaya terhadap perusahaan rintisan yang memiliki strategi bisnis berkelanjutan.
Selain itu, laporan yang sama juga menyebutkan bahwa dua industri startup utama yang paling banyak diminati di Indonesia adalah transportasi dan e-commerce. Sebagai perusahaan pionir e-commerce yang fokus di Online to Offline (O2), Kioson memiliki keunikan strategi.
“Kami akan terus konsisten menjadi penjembatan antara underserved market dengan layanan digital. Saat ini, kami melihat bahwa pangsa pasar yang besar justru ada di sana dan sangat jarang pemain yang memberikan layanan yang baik kepada masyarakat di kota-kota lapis kedua. Strategi bisnis inilah yang kami yakini akan mampu mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan dalam jangka panjang,” jelas Jasin.
Post A Comment:
0 comments: