Indonesia memiliki masalah serius dalam hal sumber daya manusia (SDM) atau tenaga ahli digital. Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengungkapkan, perkembangan teknologi telah memberikan pengaruh besar terhadap industri jasa keuangan di Indonesia.
Hal ini merupakan angin segar bagi perkembangan sebuah bangsa, sebab arus teknologi bisa membuat negara menjadi berkembang dan bersaing di era globalisasi.
“Diperlukan kemampuan sumber daya manusia yang memadai. Namun ironisnya, secara data dari BPS (Badan Pusat Statistik) sumber daya manusia kita punya kemampuan yang sangat rendah dan perlu ditingkatkan,” ujar Nurhaida.
Berdasarkan data BPS per Agustus 2018 sebanyak 60 persen angkatan kerja Indonesia berada di tingkat lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah.
Tingkat pendidikan yang demikian rendah membuat adaptasi teknologi semakin sulit berkembang.
Selain itu, dari data Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan data Indeks Modal Manusia (Human Capital Index), di mana Indonesia mendapat skor 0,53 dengan batas bawah 0,52 dan batas atas 0,55. Indonesia menempati peringkat ke-87 dari total 157 negara, Indonesia tertinggal dari negara tetangga Malaysia dan Vietnam.
“Ini pekerjaan rumah kita bersama untuk tingkatkan sumber daya manusia guna menghadapi era digital ini,” papar Nurhaida.
“Walaupun sumber daya manusia kita punya indeks yang rendah. Tapi ada generasi kita, meski jumlahnya tidak banyak, kapasitas mereka bagus dengan keberhasilan startup yang dibangun,” paparnya.
Untuk itu, pihaknya mengajak agar industri keuangan di Indonesia juga turut mengembangkan SDM yang ada, agar kontribusi sumber daya lokal terus ditingkatkan. Terutama dibidang tenaga ahli digital yang sangat diperlukan bagi perkembangan bisnis kedepan yang serba canggih.
Hal ini merupakan angin segar bagi perkembangan sebuah bangsa, sebab arus teknologi bisa membuat negara menjadi berkembang dan bersaing di era globalisasi.
“Diperlukan kemampuan sumber daya manusia yang memadai. Namun ironisnya, secara data dari BPS (Badan Pusat Statistik) sumber daya manusia kita punya kemampuan yang sangat rendah dan perlu ditingkatkan,” ujar Nurhaida.
Berdasarkan data BPS per Agustus 2018 sebanyak 60 persen angkatan kerja Indonesia berada di tingkat lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah.
Tingkat pendidikan yang demikian rendah membuat adaptasi teknologi semakin sulit berkembang.
Selain itu, dari data Bank Dunia (World Bank) mengeluarkan data Indeks Modal Manusia (Human Capital Index), di mana Indonesia mendapat skor 0,53 dengan batas bawah 0,52 dan batas atas 0,55. Indonesia menempati peringkat ke-87 dari total 157 negara, Indonesia tertinggal dari negara tetangga Malaysia dan Vietnam.
“Ini pekerjaan rumah kita bersama untuk tingkatkan sumber daya manusia guna menghadapi era digital ini,” papar Nurhaida.
Optimis Bisa Mengejar
Akan tetapi, pihaknya mengaku optimis, kedepan tenaga ahli digital Indonesia akan semakin terampil dalam berbagai bidang. Hal ini terlihat dengan banyaknya perusahaan rintisan atau startup di Indonesia yang bermunculan.“Walaupun sumber daya manusia kita punya indeks yang rendah. Tapi ada generasi kita, meski jumlahnya tidak banyak, kapasitas mereka bagus dengan keberhasilan startup yang dibangun,” paparnya.
Untuk itu, pihaknya mengajak agar industri keuangan di Indonesia juga turut mengembangkan SDM yang ada, agar kontribusi sumber daya lokal terus ditingkatkan. Terutama dibidang tenaga ahli digital yang sangat diperlukan bagi perkembangan bisnis kedepan yang serba canggih.
Post A Comment:
0 comments: